Dinamika kehidupan Pertarungan Baik dan Jahat

Dinamika kehidupan Pertarungan Baik dan Jahat

Oleh Muhammad Julijanto

 

الحَمْدُ ِللهِ الَّذِى اَنْزَلَ عَلَى عَبْدِهِ اْلكِتَابَ وَلَمْ يَجْعَلْ لَهُ عِوَجًا. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهِ وَاحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَ اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ, اَفْضَلِ الْخَلْقِ وَ الْمَخْلُوْقَاتِ, اَمَّابَعْدُ.

فَيَااَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ حَيْثُ مَاكُنْتَ وَاتْبِعُوا السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقُوا النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. اَعُوذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. لِّلَّذِينَ أَحْسَنُواْ الْحُسْنَى وَزِيَادَةٌ وَلاَ يَرْهَقُ وُجُوهَهُمْ قَتَرٌ وَلاَ ذِلَّةٌ أُوْلَـئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ -٢٦- 

Jamaah Jum’ah Rohimakumullah

Puji syukur  kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-NYA yang tak terhingga kepada kita sekalian semoga kenikmatan tersebut dapat kita daya upayakan semaksimal mungkin untuk mencapai kemanfaatan di dunia ini dan keselamatan.di akherat kelak.

Shalawat serta salam kita haturkan untuk Baginda Rasulullah Muhammad Saw atas segala suritauladan dan ajarannya, sehingga kita dapat menikmati keindahan dan keagungan serta ketenteraman hidup di dunia terutama upaya mewujudkan Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin.

Marilah kita tingkatkan iman dan taqwa, sebab iman dan taqwa adalah sebaik-baik bekal di dunia maupun di akherat nanti. Tentunya dengan amaliyah khasanah dan berpacu dengan menghidarkan segala bentuk maksiat kepada Allah Swt.

Jama’ah Jum’ah Tamu Undangan Allah

Alhamdulillah terasa indah dan damai hati kita setelah menunaikan kewajiban dengan baik. Rasa  optimisme dan antusias dalam melakukan apa saja yang bisa kita kerjakan. Terasa ikhlas dan berserah diri kepada Allah Swt dengan ikhtiar sekuat daya upaya yang kita miliki. Semua takdir yang telah ditentukan merupakan skenario yang Allah Swt berikan kepada manusia untuk menguji ketaatan keimanan dan ketakwaannya kepada Allah Swt.

الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلاً وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ -٢-

yang telah menciptakan mati dan hidup untuk menguji kalian, siapa-kah di antara kalian yang paling baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun,Al Mulk [67]: ayat 2.

Untuk yang diberikan nikmat apakah mampu konsisten untuk bersyukur atas anugrah dan kenikmatan dan kemudahan hidupnya…untuk kebaikan dirinya dan lingkungannya. Atau sebaliknya yang mendapatkan takdir pada saat ini tidak sesuai dengan apa yang diharapkan dirinya berupa kekurangan, kesusahan dan kegelisahan hidup dan bahkan kegagalan dalam meraih apa yang menjadi cita-cita dan harapan hidupnya kandas saat ini…itu juga merupakan dinamika kehidupan apakah mampu sabar dan terus berjuang mewujudkan mimpi dan harapan hidupnya. Bila kesabaran habis dia akan jatuh kepada perbuatan yang jauh lebih pedih terasa dalam dirinya. Tetapi kalau realitas tersebut dia akui dan merupakan buah dari pelajaran yang bisa dipetik, maka ikhtiar dan usaha diperbaiki seraya meningkatkan mutu dan kualitas dirinya untuk menggapai apa yang menjadi citanya insya Allah pasti ada jalan yang terbaik akan dibukakan jalan…itulah seni kehidupan dalam naungan Allah Swt…hidup itu sama saja…terminal akhirnya akan kembali kepada Allah Swt.

Dalam hal ini kita simak firman Allah Swt dalam surat Yunus [10]: ayat 26-27 yang memberikan timbangan kepada kita tentang perbuatan baik dan perbuatan buruk. Semuanya akan mendapatkan balasan setimpal denan perbauatnnya.

لِّلَّذِينَ أَحْسَنُواْ الْحُسْنَى وَزِيَادَةٌ وَلاَ يَرْهَقُ وُجُوهَهُمْ قَتَرٌ وَلاَ ذِلَّةٌ أُوْلَـئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ -٢٦-

Bagi orang-orang yang berbuat kebaikan adalah yang terbaik dan tambahan. Dan wajah-wajah mereka tidak tertutupi debu hitam dan tidak pula kehinaan. Mereka itu adalah para penghuni surga, mereka kekal di dalamnya.

Lil ladzīna ahsanul husnā (bagi orang-orang yang berbuat kebaikan adalah yang terbaik), yakni bagi orang-orang yang bertauhid adalah yang terbaik, yaitu surga.

Wa ziyādah (dan tambahan), yakni dapat melihat Wajah Allah Ta‘ala.

Wa lā yarhaqu wujūhahum qatarun (dan wajah-wajah mereka tidak tertutupi debu hitam), yakni tidak diliputi kegelapan dan kemurungan.

Wa lā dzillah (dan tidak pula kehinaan), yakni kemuraman.

Ulā-ika ash-hābul jannati (mereka itu adalah para penghuni surga), yakni ahli surga.

Hum fīhā khālidūn (mereka kekal di dalamnya).

وَالَّذِينَ كَسَبُواْ السَّيِّئَاتِ جَزَاء سَيِّئَةٍ بِمِثْلِهَا وَتَرْهَقُهُمْ ذِلَّةٌ مَّا لَهُم مِّنَ اللّهِ مِنْ عَاصِمٍ كَأَنَّمَا أُغْشِيَتْ وُجُوهُهُمْ قِطَعاً مِّنَ اللَّيْلِ مُظْلِماً أُوْلَـئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ -٢٧-

Dan orang-orang yang melakukan keburukan (mendapat) balasan keburukan yang setimpal, dan kehinaan menyelimuti mereka. Mereka tidak mempunyai dari Allah seorang pelindung pun, seolah-olah wajah-wajah mereka tertutupi oleh penggalan-penggalan malam yang kelam. Mereka itu adalah para penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.

Wal ladzīna kasabus sayyi-āti (dan orang-orang yang melakukan keburukan), yaitu kemusyrikan kepada Allah Ta‘ala.

Jazā-u sayyi-atim bi mitslihā ([mendapat] balasan keburukan yang setimpal), yakni hukuman atas perbuatan syiriknya kepada Allah Ta‘ala adalah neraka.

Wa tarhaquhum dzillah (dan kehinaan menyelimuti mereka), yakni kemurungan dan kemuraman meliputi mereka.

Mā lahum minallāhi (mereka tidak mempunyai dari Allah), yakni dari Azab Allah Ta‘ala.

Min ‘āshimin (seorang pelindung pun), yakni seorang pembela pun.

Ka-annamā (seolah-olah) karena kedukaan.

Ugh-syiyat (tertutupi), yakni terselimuti.

Wujūhuhum qitha‘am minal laili (wajah-wajah mereka oleh penggalan-penggalan malam), yakni hitamnya malam.

Muzhlimā, ulā-ika ash-hābun nāri (yang kelam. Mereka itu adalah para penghuni neraka), yakni ahli neraka.

Hum fīhā khālidūn (mereka kekal di dalamnya), yakni terus-menerus.

Inilah pelajar yang bisa kita petik dalam kehidupan dunia. Kadang apa yang kita lihat, kita saksikan dan kita rasakan begitu menyedihkan. Apa yang seharusnya tidak dijalankan, justru kejahatan dan kemasiatan terlindungi dengan rapi bahkan dengan berbagai macam regulasi dan aturan hukum, padahal sejatinya adalah penyimpangan dan kecurangan. Namun kelak di akherat tidak ada sedikitpun bukti kejahatan dan kedaliman, maupun kebaikan yang bisa disemunyikan, semuanya akan transpran dan data yang ditampilkan akan jauh autentik sebagaimana rekaman dan dokumentasi yang baik. Semuanya akan menjadi barang bukti terhadap amal perbuatan manusia.

Informasi ini dapat kita rekam dari firman Alla Swt dalam surat Yasin [36] ayat 65 semua organ tubuh manusia akan memberikan kesaksian tentang apa saja yang telah dilakukan dahulu ketika masih hidup dan masih kuat segalanya. Kekuasaan digunakan untuk apa?, kewenangan digunakan untuk apa?, jabatan digunakan untuk apa?, harta, ilmu dan anak keturunan bagaimana digunakan, anak dididik dan diasuh dengan akhlak terpuji. Tidak ada orang yang mampu membantah pembuktian model seperti ini. Inilah pengadilan dan perhitungan illahi.

الْيَوْمَ نَخْتِمُ عَلَى أَفْوَاهِهِمْ وَتُكَلِّمُنَا أَيْدِيهِمْ وَتَشْهَدُ أَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ -٦٥-

Pada hari ini Kami Membungkam mulut-mulut mereka, dan berkatalah kepada Kami tangan-tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki-kaki mereka atas segala apa yang dahulu mereka lakukan.

Al-yauma (pada hari ini), yakni pada hari kiamat.

Nakhtimu ‘alā afwāhihim (Kami Membungkam mulut-mulut mereka), yakni Kami Jadikan lidah mereka tak bisa berkata setelah pengingkaran mereka.

Wa tukallimunā aidīhim (dan berkatalah kepada Kami tangan-tangan mereka) yang dahulu dipergunakan untuk menggengam.

Wa tasyhadu arjuluhum (dan memberi kesaksianlah kaki-kaki mereka) yang dahulu dipergunakan untuk berjalan, begitu pula seluruh anggota tubuh mereka memberikan kesaksian.

Bimā kānū yaksibūn (atas segala apa yang dahulu mereka lakukan), yakni terhadap segala keburukan yang dahulu mereka perbuat.

Kesimpulan

Pemaparan di atas dapat kita simpulkan, bahwa keimanan dan keyakinan kita kepada AllahSwt semakin bulat. Yakin bahwa apa saja yang telah kita investasikan berupa kebaikan akan kembali kepada kita. Demikian juga segala kejahatan dan perbuatan buruk kita yang telah lalu, juga akan kita petik kelak di akherat. Kesempatan ini untuk memperbaiki diri, bertaubat kepada Allah Swt dan memperbagus segala amal dan memaksimal potensi dan aset yang kita miliki untuk meraih kemuliaan hidup di dunia maupun kelak di akherat. Semoa kita termasuk orang yang beruntung dan mendapat kemuliaan di sisi Allah Swt sebagai hambanya yang muttaqien.

Itulah ajaran Islam menyemangati kehidupan ini, akhirnya marilah kita mohon kepada Allah karunia yang terbaik dalam rangka memberikan pengabdian yang seoptimal mungkin.

اَعُوذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ.

اِنَّ اللهَ لاَ يُغَيِّرُ مَابِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُ مَابِاَنْفُسِهِمْ

بَارَكَ اللهُ لِى وَلَكُمْ فِى الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِى وَاِيَاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلاَيَاتِ وَ الذِكْرِ اْلحِكِيمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّى وَمِنْ كُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ     

 


 

Khutbah Kedua

 

الحَمْدُ ِللهِ الَّذِى اَمَرَنَا بِالْعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَائِيْتَاءِذِى الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ لِيُخْرِجَنَا مِنَ الضُّلُمَاتِ اِلَى النُّوْرِ وَيَجْعَلَنَا مِنْ خَيْرٍ اُمَّةٍ اُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهِ وَاحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَ اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ, اَفْضَلِ الْخَلْقِ وَ الْمَخْلُوْقَاتِ. اَمَّابَعْدُ.

فَيَااَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ حَيْثُ مَاكُنْتَ وَاتْبِعُوا السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقُوا النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ.

وَاعْلَمُوا أَنَّ اللهَ اَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَّا بِمَلاَئِكَتِهِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ.

قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْعَضِيْمِ: اِنَّ اللهَ وَ مَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِي يَا اَيُّهَا الْذِيْنَ اَمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَ سَلِّمُوا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمُ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمَّدٍ وَاجْعَلْنَا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَااَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.

حَمْدًا نَاعِمِيْنَ حَمْدًا يُّوَافِ نِعَامَهُ وَيُكَافِ مَزِيْدَ يَارَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَايَنْبَغِ لِجَلاَلِ وَجْهِكَ وَعَضِيْمُ السُّلْطَانِ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ َاْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبُ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ يَاقَضِيَ الْحَاجَاتِ. اَللَّهُمَّ أَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَأَهْلِكَ الْكَفَارَ وَالْمُشْرِكِيْنَ. اَللَّهُمَّ اجْعَلْ هَذَا جَمْعًا مَغْفُوْرًا وَتَفَرُقَنَا بَعْدَ هَذَا تَفَرُقًا مَرْحُومًا. اَللَّهُمَّ اجْعَلْ يَوْمِنَا هَذَا أَوَّلُهُ صَلاَحًا وَأَوْسَطُهُ فَلاَحًا وَاَخِرُهُ نَجَاحًا بَاهِرًا بِرَحْمَتِكَ يَااَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَا صَلاَتَنَا وَصِيَامَنَا وَرُكُوْعَنَا وَسُجُوْدَنَا وَتَخَسُّوعَنَا وَجَمِيْعِ عِبَاذَتَنَا وَتَمِّمُ تَكْثِيْرَنَا يَاالله. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلآخِرَةَ حَسَنَةً وَقِنَا عَدَابَ النَّارِ.

عِبَادَ اللهِ اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَائِيْتَائِىذِى الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَااذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمِ يَذْكُرُكُمْ وَاشْكُرُوهْ عَلَى نِعَمَهُ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهُ أَكْبَرُ.

 

Muhammad Julijanto, S Ag., M. Ag adalah dosen Fakultas Syariah IAIN Surakarta, Sekretaris LKBHI IAIN Surakarta

 

Tinggalkan komentar