DINAMIKA ISLAM ZAMAN NOW Respon dan Tantangan Dakwah Amar Ma’ruf Nahi Mungkar

Oleh Muhammad Julijanto

Perkembangan Islam juga mengalami dinamika, sekalipun sumber ajarannya tetap sama tetapi proses pemahaman dan pengamalan yang berbeda sesuai dengan interpretasi dan pemahaman sang pengkajinya.

Islam masa klasik menjadi tolok ukur keberagamaan masa tersebut, yang merujuk acuannya adalah kedua sumber Alquran dan Sunnah yang tidak  akan berubah sepanjang zaman. Jika ada perubahan, maka perubahan tersebut ada rekayasa manusia untuk melakukan. Yang ada perubahan pemahman dan inovasi pemahman yang telah ada. Perubahan fatwa karena adanya perubahan kondisi sosial dan setting sosial yang melingkupinya. Sumber syariat adalah tetap apapun perubahan sosial yang terjadi.

Artikel ini berusaha berefleksi terhadap Bagaimana perkembangan Islam zaman now? Apakah ada perubahan sosial terhadap pranata ajaran Islam yang ada atau perubahan yang terjadi bukan pada doktrin tetapi perubahan pada sikap keberagamaanya, cara interpretasinya terhadap nash dan sumber rujukan tersebut? Apa tantangan keberagamaan dalam zaman now?

Ajaran Islam bersifat universal, pemahaman kepada kedua sumber ajaran Islam bersifat relatif, karena mengikuti dinamika sosial yang ada. Perkembangan ilmu pengetahuan teknologi tidak akan merubah sumber autentik ajaran Islam. Ajaran Islam sudah final, tinggal bagaimana umat Islam merespon dan melaksanakan kedua sumber ajaran tersebut. Dinamika sosial yang terus berkembang tidak menyangkut doktrin.

Perubahan sosial yang terus terjadi menyebabkan pergeseran, saat ini ada upaya untuk tetap mengembalikan kepada keyaan umat Islam, baik secara aqidah-ketauhidan, ibadah-praktik pemujaan kepada sang kholiq Allah Swt yang murni tidak tercampur pada tata cara baru yang dibuat berdasarkan tren budaya-membudayakan yang tidak sepatutnya dibudayakan, muamalah, sosial, politik, hukum, budaya. Gerakan budaya keagamaan yang merasuk ke rongga dada dan menjadi lakukan sosial masyarakat.

Gerakan politik yang diinginkan adalah politik dengan nilai-nilai Islam, membawa nilai-nilai Islam, ideologi bangsa yang merasuk dalam bentuk Pancasila harus diisi dengan nilai-nilai Islam dalam konteks kehidupan kebangsaan di Indonesia, sehingga masyarakat Indonesia mempunyai nilai juang yang kuat untuk melaksankan nilai-nilai tersebut dalam gerakan dakwah kemakmuran bangsa.

Politik identitas yang dicatat sebagai politik agama, memang menjadi diskusi yang menarik ketika kekuatan Islam tidak terakomodir dalam dinamikan percaturan politik nasional. Apakah politik agama akan membabi buta, sehingga akan mencerabut akar historis kebangsaan kita. Tokoh Muhammadiyah telah ikut andil untuk melahirkan kesepakatan nusantara menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesai (NKRI), sehingga Muhammidiyah sangat faham peran yang bisa dimainkan dalam kehidupan kebangsaan.

Muhammadiyah sudah menjadi gerakan dakwah amar ma’ruf nahi mungkar dalam semua lini kehidupan, gerakannya langsung menuju sasaran problem sosial yang sedang dihadapi umat, masalah kebodohan dengan gerakan pendidikan yang mengakar dari pendidikan usia dini hingga pendidikan tinggi yang tersebar seluruh penjuru negeri, bahkan PT Muhammadiyah membuka program pendidikan strata tiga (S3) untuk memenuhi kebutuhan tenaga akademis profesional dan handal, baik untuk kepentingan internal maupun eksternal. Apakah dengan adanya lembaga pendidikan Muhammadiyah akan selesai masalah pendidikan yang dihadapi bangsa ini, maka mawas diri untuk menyempurnakan ikhtiar memberikan kontribusi mengatasi masalah bangsa.

Gerakan kesehatan sudah dilakukan Muhammadiyah dengan mendirikan berbagai layanan kesehatan dasar dari tingkat bawah hingga pusat untuk mengatasi masalah ksehatan umat, bagaimana kondisi saat ini, juga masih menjadi masalah bangsa. Sehingga kualitas layanan kesehatan mestinya memberikan kontribusi bangsa lebih baik di masa yang akan datang, hal ini merupakan prestasi yang terus diukir untuk memberikan yang terbaik di mana keberadaan Muhammadiyah selalu bisa hadir dan bermanfaat.

Divisi yang baru lahir dan menjadi kesadaran kolektive akan pentingnya lembaga yang secara khusus untuk memberikan advokasi dan sekaligus memberikan bantuan mitigasi terhadap ketangguhan menghadapi bencana, yang menjadi kesadaran kita untuk bertahan dalam medan kebencanaan. Kita sadari bahwa wilayah Indonesia berada di lempengan cincin api yang menyambung antar pulau, sehingga potensi bencana sangat tinggi, dibutuhkan kesiapan warga untuk mampu melakukan survival dalam kondisi bencana apapun, meminimalisir resiko bencana, sehingga waspada dalam kesiap siagaan setiap saat dan selalu dekat dengan sang Pencipta Allah Swt. Secara rasional kita bisa memperkirakan ketangguhan dalam menghadapi aneka benacana alam yang ada di sekitar kita. Sehingga kemampuan perserikatan dalam mengelola bencana ini menjadi tantangan tersendiri untuk memberikan manfaat kepada yang lain.

Respon dan tantang dakwah amar ma’ruf nahi mungkar akan terus terjadi, baik yang terstruktur dan masif maupun yang senyap dalam relung denyut nadi kehidupan umat. Putusan Mahkamah Konstitusi diakuinya aliran kepercayaan menjadi legal dalam NKRI memberikan peluang berbagai penyimpangan aqidah dalam kerangka dakwah amar ma’ruf nahi munkar. Karena maksud berkpercayaan itu adalah beragama dalam kepercayaan dalam agama tersebut, bukan kepercayaan menjadi menempati posisi seperti agama atau menghantikan posisi agama. Sehingga sangat bertentangan dengan nasafat keberagamaan yang ada. Pada wilayah inilah gerakan dakwah konstibusi perlu dilakukan, sehingga masalah konstitusi yang bertentangan dengan nilai ajaran Islam menjadi wilayah dakwah dan medan perjuangan konsotitustionalitas. Sebagaimana yang telah dilakukan para pendahulu tokoh kita.

Melindungi konstitusi kita tidak bertentangan dengan nilai universal ajaran Islam menjadi tanggung jawab dakwah amar ma’ruf nahi munkar. Sehingga ketangguhan warga persyarikatan menjadi signifikan.

Muhammad Julijanto, S. Ag., M. Ag adalah Peneliti dan Dosen Fakultas Syariah IAIN Surakarta,  Sekretaris Lembaga Bantuan Hukum Perisai Kebenaran Wonogiri.